(Cerper 7/ Jelajah KL) Kunang-kunang dan 4 wanita bule
Suatu hari di siang yang panas, saat itu saya sedang berada di sebuah penginapan sederhana di kawasan Bukit Bintang Kualalumpur. Sesudah perjalanan panjang dari Hatyai Thailang - terminal Puduraya kini saya sudah berada di kamar dormitory. Saat itu saya sedang berleyeh-leyeh. Membaca buku panduan wisata kota Kualalumpur. Sedang enaknya enaknya saya merbahkan tubuh di ranjang yang empuk. Tiba-tiba saya mendengar sedikit kegaduhan, dari arah luar kamar sepertinya ada beberapa orang yang menaiki tangga.
Setelah mengetuk pintu, masuklah karyawan yang tadi membawa dan menunjuki kamar saya. Diikuti sekitar 3-4 orang wanita bule. Tampaknya 4 orang, masih muda-muda dengan tampang khas bule, wajah putih dengan bercak-bercak serta rambut berwarna pirang. Ramai sekali, riuh rendah mereka berbicara. Yang 1 sibuk mengobrol dengan karyawan hotel. Dibelakang, kawannya sibuk meng"gusur" tas segede-gede gaban. Diikuti juga 2 orang dengan tas ransel yang besar-besar pula. Jangan-jangan mereka bakal jadi teman "sharing room" saya. Langsung saja kepala dan mata saya berkunang-kunang. Wah puyeng neh...gawat 1 kamar dengan 4 orang cewe bule!!! ramai pulak.... Tentu saja ini diluar bayangan saya. Kunang-kunang di kepala saya benar-benar berputar semakin banyak.
Satu persatu mereka masuk. Melihat saya sudah ada dalam kamar merekapun memberi salam (say hello...). Setelah diberi petunjuk mengenai tata aturan penginapan, juga diberitahu letak toilet dan loker. Kemudian sayapun berkenalan dengan mereka. Rupanya mereka berasal dari Eropah, 3 orang dari Inggris serta 1 orang yang keliatan pendiam berasal dari Swiss. Ellen, begitu nama salah satu yang paling heboh. Dari mulai naik tangga hingga menaruh ransel, mulutnya tidak mau diam. Tidak seperti Ellen, yang tiga lainnya walau tidak heboh, ramainya seperti orang se-kelurahan.
Makin kencang kunang-kunang yang berputar-putar di kepala saya. Sudah kebayang dari siang, malam hingga esok nantinya akan menghadapi situasi seperti ini. Sementara mereka sibuk membongkar isi tas dan ranselnya masing-masing, saya membenamkan kepala dibalik bantal. Jumlah kunang-kunang di kepala saya yang berputarpun semakin banyak. Melihat saya bersikap seperti itu, rupanya Ellen merasa bersalah. Dia mengajak bicara saya. Meminta maaf kalo mereka berisik. Antusias, senang dan gembira ria karena ini pertama kali menginjak Asia. Suatu hal yang membuat mereka benar2 eporia. Saya tersenyum. Memaklumi, seandainya saya menginjakan kaki di Inggris mungkin saya juga akan melakukan hal yang sama.
Respon saya membuat Ellen semakin semangat mengajak bicara. Bahasa Inggris saya minim, jadi saya jawab dengan seadanya. Walau begitu komunikasi tetap nyambung. Dia mengeluhkan begitu panas hawa di sini. Saya jawab tentu saja karena saat ini musim panas. Sambil berkata begitu dengan santainya dia membuka baju. Walau masih pake daleman, tetap saja membuat saya melongo. Astaga, aneh bin ajaib melihat adegan itu langsung saja kunang-kunang di kepala saya hilang. Pandangan langsung siaga 1.
Sambil menganti baju dia berceloteh. Kalo cuaca begini enaknya pake bikini, tidak bikin gerah. Sambil menunjukan buku LP (Lonelyplanet edisi Malaysia) dia tanya, disitu disebutkan kenapa musim panas begini para turis harus tetap mengunakan pakaian yang sopan. Karena di negaranya, orang-orang mengunakan pakaian pendek dan baju santai. Saya jawab bukan soal musim karena mayoritas penduduk Malaysia beragama Islam. Notebene mewajibkan para penduduknya untuk mengunakan pakain yang sopan menutup aura. Banyak para wanita muslim Malaysia layaknya di Indonesia mengunakan jilbab atau kerudung. Mendengar penjelasan itu, Ellen sepertinya paham.
Diskusipun berlanjut mengenai wisata Malaysia, melebar ke wisata Indonesia. Kebudayaan, kebiasaan, makanan cauca, sosial. Seru juga, yang lainnya sesekali ikut berbicara. Jika ada yang aneh mereka menimpali sambil cekikikan. Suasana makin "hot", bukan karena kini para bule2 ini memakai bikini tapi hari makin siang dan AC di kamar pada saat itu tidak dinyalakan. Ketentuan penginapan, AC dinyalakan hanya pada waktu malam hingga pagi. Siang hari semua jendela di buka. Selain menghemat listrik, sirkulasi udara segar agar tetap berputar. Siang hari untuk mendinginkan ruang dipakai kipas angin.
Puas mengobrol, saya tanyakan sore ini mereka mau kemana. Shoping!! whuah dasar wanita, saya pikir wanita Indonesia ajah yang doyan belanja. Ternyata bule juga suka belanja hehehe. Tentu saja hobi yang satu ini sepertinya sayang untuk dilewatkan. Kebetulan penginapan tak jauh dari daerah Bukit Bintang. Surganya belanja. Cocok dengan keinginan mereka. Sementara saya katakan hari ini saya ingin mengunjungi Masjid Jamek dan juga ingin menyusuri daerah Chinatown,Petailing Street. Lagipula kunang2 di kepala saya sudah hilang. Akhirnya saya pamit keluar.
Loh cerita tidur dengan 4 wanita bule gimana kelanjutannya ?!?!?
::: bersambung lagi :::
Setelah mengetuk pintu, masuklah karyawan yang tadi membawa dan menunjuki kamar saya. Diikuti sekitar 3-4 orang wanita bule. Tampaknya 4 orang, masih muda-muda dengan tampang khas bule, wajah putih dengan bercak-bercak serta rambut berwarna pirang. Ramai sekali, riuh rendah mereka berbicara. Yang 1 sibuk mengobrol dengan karyawan hotel. Dibelakang, kawannya sibuk meng"gusur" tas segede-gede gaban. Diikuti juga 2 orang dengan tas ransel yang besar-besar pula. Jangan-jangan mereka bakal jadi teman "sharing room" saya. Langsung saja kepala dan mata saya berkunang-kunang. Wah puyeng neh...gawat 1 kamar dengan 4 orang cewe bule!!! ramai pulak.... Tentu saja ini diluar bayangan saya. Kunang-kunang di kepala saya benar-benar berputar semakin banyak.
Satu persatu mereka masuk. Melihat saya sudah ada dalam kamar merekapun memberi salam (say hello...). Setelah diberi petunjuk mengenai tata aturan penginapan, juga diberitahu letak toilet dan loker. Kemudian sayapun berkenalan dengan mereka. Rupanya mereka berasal dari Eropah, 3 orang dari Inggris serta 1 orang yang keliatan pendiam berasal dari Swiss. Ellen, begitu nama salah satu yang paling heboh. Dari mulai naik tangga hingga menaruh ransel, mulutnya tidak mau diam. Tidak seperti Ellen, yang tiga lainnya walau tidak heboh, ramainya seperti orang se-kelurahan.
Makin kencang kunang-kunang yang berputar-putar di kepala saya. Sudah kebayang dari siang, malam hingga esok nantinya akan menghadapi situasi seperti ini. Sementara mereka sibuk membongkar isi tas dan ranselnya masing-masing, saya membenamkan kepala dibalik bantal. Jumlah kunang-kunang di kepala saya yang berputarpun semakin banyak. Melihat saya bersikap seperti itu, rupanya Ellen merasa bersalah. Dia mengajak bicara saya. Meminta maaf kalo mereka berisik. Antusias, senang dan gembira ria karena ini pertama kali menginjak Asia. Suatu hal yang membuat mereka benar2 eporia. Saya tersenyum. Memaklumi, seandainya saya menginjakan kaki di Inggris mungkin saya juga akan melakukan hal yang sama.
Respon saya membuat Ellen semakin semangat mengajak bicara. Bahasa Inggris saya minim, jadi saya jawab dengan seadanya. Walau begitu komunikasi tetap nyambung. Dia mengeluhkan begitu panas hawa di sini. Saya jawab tentu saja karena saat ini musim panas. Sambil berkata begitu dengan santainya dia membuka baju. Walau masih pake daleman, tetap saja membuat saya melongo. Astaga, aneh bin ajaib melihat adegan itu langsung saja kunang-kunang di kepala saya hilang. Pandangan langsung siaga 1.
Sambil menganti baju dia berceloteh. Kalo cuaca begini enaknya pake bikini, tidak bikin gerah. Sambil menunjukan buku LP (Lonelyplanet edisi Malaysia) dia tanya, disitu disebutkan kenapa musim panas begini para turis harus tetap mengunakan pakaian yang sopan. Karena di negaranya, orang-orang mengunakan pakaian pendek dan baju santai. Saya jawab bukan soal musim karena mayoritas penduduk Malaysia beragama Islam. Notebene mewajibkan para penduduknya untuk mengunakan pakain yang sopan menutup aura. Banyak para wanita muslim Malaysia layaknya di Indonesia mengunakan jilbab atau kerudung. Mendengar penjelasan itu, Ellen sepertinya paham.
Diskusipun berlanjut mengenai wisata Malaysia, melebar ke wisata Indonesia. Kebudayaan, kebiasaan, makanan cauca, sosial. Seru juga, yang lainnya sesekali ikut berbicara. Jika ada yang aneh mereka menimpali sambil cekikikan. Suasana makin "hot", bukan karena kini para bule2 ini memakai bikini tapi hari makin siang dan AC di kamar pada saat itu tidak dinyalakan. Ketentuan penginapan, AC dinyalakan hanya pada waktu malam hingga pagi. Siang hari semua jendela di buka. Selain menghemat listrik, sirkulasi udara segar agar tetap berputar. Siang hari untuk mendinginkan ruang dipakai kipas angin.
Puas mengobrol, saya tanyakan sore ini mereka mau kemana. Shoping!! whuah dasar wanita, saya pikir wanita Indonesia ajah yang doyan belanja. Ternyata bule juga suka belanja hehehe. Tentu saja hobi yang satu ini sepertinya sayang untuk dilewatkan. Kebetulan penginapan tak jauh dari daerah Bukit Bintang. Surganya belanja. Cocok dengan keinginan mereka. Sementara saya katakan hari ini saya ingin mengunjungi Masjid Jamek dan juga ingin menyusuri daerah Chinatown,Petailing Street. Lagipula kunang2 di kepala saya sudah hilang. Akhirnya saya pamit keluar.
Loh cerita tidur dengan 4 wanita bule gimana kelanjutannya ?!?!?
::: bersambung lagi :::