Catatan awal backpacking Jelajah China -Tibet
Catatan awal backpacking Jelajah China -Tibet
::: Minggu, 3 Juni 2007 35 jam menuju Tibet, sengaja saya hitung mundur, memudahkan saya membuat catatan ini. Ini masih catatan ringan, catatan awal perjalanan saya menjelajah negeri China dengan tujuan utama mengunjungi Tibet. Trip kali ini tidak semulus ketika saya menjelajah kota2 di Asia Tenggara. Perjalanan keliling Asteng yang saya rancang dengan biaya semurah mungkin hanya menghabiskan biaya tidak lebih dari 3,5 jutaan. Trip jelajah kali ini saya upayakan mengeluarkan biaya tidak lebih dari 8 jutaan. Tentu harga ini akan susah saya urai sehingga angka 8 jutaan begitu saja muncul. Tapi yang pasti saya rancang hingga menemukan biaya yang seminim-minimnya. Kenyataan sekarang rasanya biaya segitu mungkin akan lebih lagi. Mengingat saat ini saya terhalang suatu kendala. Pergi ke Tibet tidak semudah jika saya pergi ke Tebet Pancoran Jakarta. Halaa tentu saja saya tidak bisa membandingkan pergi ke Tebet dan Tibet. Ke Tebet dari berbagai jurusan tinggal mencari metromini, miklrolet atau pake taksi, ke Tibet?? puff tidak semudah itu. Selain memerlukan visa ke China, ke Tibet pun ternyata memerlukan izin khusus yang aplikasinya saja ternyata tidak semudah seperti yang saya bayangkan. Tidak sulit seberarnya tapi banyak sekali aturan yang mengikat, seperti Izin masuk bagi pemohon harus dijadikan satu paket dengan tiket pesawat / kereta dan penginapan serta selama di kota-kota Tibet turis harus didampingi tur guide. Semua harus di ajukan ke agen yang ditunjuk, sehingga jika kita ingin memohon permitnya saja tanpa di gabung dengan tiket pesawat serta penginapan maka permohonan itu akan ditolak. Sementara saya ingin mengatur sendiri baik jadwal pergi, akomodasi serta penginapan. Akibatnya karena ditunjuk agen, praktis harganyapun menjadi berlebih.
Biaya mungkin akan saya maklumi karena itu sudah ketentuan dari pemerintah setempat. Tapi persoalan mendapatkan permit sekarang ini sedang bermasalah. Gara-garanya aksi sebagian turis asal Amerika ynag melakukan unjuk rasa. Pemicu aksi ini sebenarnya sederhana. Berkaitan dengan rencana Negara China yang ditunjuk sebagai penyelenggara Olimpiade tahun 2008. Singkat cerita, api olimpiade yang akan di bawa ke Beijing melewati beberapa tempat / kota penting atau suci di Tibet. Ntah bagaimana Pemda (Pemerintah daerah setempat) rupanya tidak memberi izin perjalanan api abadi yang dibawa duta-duta olahgraga ini melalui tanah suci Tibet. Hal ini yang memicu beberapa orang Amerika (baca:Turis) melakukan protes terhadap kebijakan ini. Catatan kecil : Mengenai Tibet dan China, menarik garis lurus ke belakang sejarah panjang antara Tibet dan China sangat dilematis. Secara history Tibet tidak mau mengakui bahwa negaranya sekarang di bawah kekuasaan China, tapi pemerintah China menganggap Tibet bagian dari Negerinya. Ach saya bukan ahli sejarah yang memahami persoalan tersebut, apa yang saya duga mungkin keliru, tapi mencoba menghubungkan antara keping keping masalah tersebut, bisa dimaklumi persoalan olahraga, wilayah dan politik adalah masalah sensitif. Saya sebagai seorang yang penyuka jalan2 alias turis rasanya tidak perlu ikut campur masaalah aksi unjuk rasa tersebut.
Kembali kemasalah aksi demo, melanjuti sikap turis Amerika tersebut ternyata membuat gusar Pemda Tibet. Akibatnya semua izin masuk Tibert (The Entry Permit) dan The Alien's Travel Permitpun di perketat. Terhitung awal Mei hingga saya menulis catatan ini kebijakan itu masih belum berubah. Mudah ditebak imbas dari akibat ini berefek kepada saya yang akan melakukan perjalanan ke Tibet. Izin masuk Tibet menjadi syuseeh. Rancangan yang sudah disusun berbulan-bulan tampaknya akan sulit direalisasikan. Bayangkan saja semua tiket pergi dan pulang sudah diatur demikian rupa mengikuti jadwal cuti kerja dan budget yang sudah ditetapkan. Tentunya saya tidak menyerah begitu, the show must go on begitu pepatah lama. Setiba di daratan China, akhirnya dengan berbagai macam pertimbangan saya putuskan menuju sebuah kota di provinci Sichuan. Disebuah kota yang menjadi pintu gerbang menuju Tibet. Ada beberapa pertimbangan yang bisa dipikirkan, dengan menuju kota dimana bisa didapat langsung izin ini saya harap akan lebih mudah untuk membuat Tibet permit ini. Sebenarnya izin masuk hanya bisa didapat di kota-kota tertentu seperti Beijing, Guangzhou, Shenzen dan Shanghai. Izin bisa juga didapat dikota kecil lainnya tetapi melalui travel agent yang ditunjuk khusus. Walau demikian tetap saja dengan adanya kasus ini membuat beberapa agen travel yang saya hubungi via email tidak memberikan jawaban pasti. Umumnya mereka memasang tarif yang lumayan besar. Dengan keberadaan saya disini, ada harapan bisa mendapatkan informasi yang akurat.
Ada untungnya juga dengan mendatangi langsung agen yang ditunjuk saya mendapat gambaran lebih banyak. Setelah bersusah payah dengan kendala bahasa (catatan : hampir bebeapa tempat yang saya datangi mulai dari money changer, bank, tempat umum lainnya, rata2 penduduknya tidak fasih berbahasa Inggris, walau tempat-tempat tersebut untuk kepentingan umum tetap saja yang berperan disini bahasa tarzan. Bagaimana akhirnya izin itu keluar ?? Ach sepertinya saya harus menunggu 3 hari ke depan.
:: bersambung ::
::: Minggu, 3 Juni 2007 35 jam menuju Tibet, sengaja saya hitung mundur, memudahkan saya membuat catatan ini. Ini masih catatan ringan, catatan awal perjalanan saya menjelajah negeri China dengan tujuan utama mengunjungi Tibet. Trip kali ini tidak semulus ketika saya menjelajah kota2 di Asia Tenggara. Perjalanan keliling Asteng yang saya rancang dengan biaya semurah mungkin hanya menghabiskan biaya tidak lebih dari 3,5 jutaan. Trip jelajah kali ini saya upayakan mengeluarkan biaya tidak lebih dari 8 jutaan. Tentu harga ini akan susah saya urai sehingga angka 8 jutaan begitu saja muncul. Tapi yang pasti saya rancang hingga menemukan biaya yang seminim-minimnya. Kenyataan sekarang rasanya biaya segitu mungkin akan lebih lagi. Mengingat saat ini saya terhalang suatu kendala. Pergi ke Tibet tidak semudah jika saya pergi ke Tebet Pancoran Jakarta. Halaa tentu saja saya tidak bisa membandingkan pergi ke Tebet dan Tibet. Ke Tebet dari berbagai jurusan tinggal mencari metromini, miklrolet atau pake taksi, ke Tibet?? puff tidak semudah itu. Selain memerlukan visa ke China, ke Tibet pun ternyata memerlukan izin khusus yang aplikasinya saja ternyata tidak semudah seperti yang saya bayangkan. Tidak sulit seberarnya tapi banyak sekali aturan yang mengikat, seperti Izin masuk bagi pemohon harus dijadikan satu paket dengan tiket pesawat / kereta dan penginapan serta selama di kota-kota Tibet turis harus didampingi tur guide. Semua harus di ajukan ke agen yang ditunjuk, sehingga jika kita ingin memohon permitnya saja tanpa di gabung dengan tiket pesawat serta penginapan maka permohonan itu akan ditolak. Sementara saya ingin mengatur sendiri baik jadwal pergi, akomodasi serta penginapan. Akibatnya karena ditunjuk agen, praktis harganyapun menjadi berlebih.
Biaya mungkin akan saya maklumi karena itu sudah ketentuan dari pemerintah setempat. Tapi persoalan mendapatkan permit sekarang ini sedang bermasalah. Gara-garanya aksi sebagian turis asal Amerika ynag melakukan unjuk rasa. Pemicu aksi ini sebenarnya sederhana. Berkaitan dengan rencana Negara China yang ditunjuk sebagai penyelenggara Olimpiade tahun 2008. Singkat cerita, api olimpiade yang akan di bawa ke Beijing melewati beberapa tempat / kota penting atau suci di Tibet. Ntah bagaimana Pemda (Pemerintah daerah setempat) rupanya tidak memberi izin perjalanan api abadi yang dibawa duta-duta olahgraga ini melalui tanah suci Tibet. Hal ini yang memicu beberapa orang Amerika (baca:Turis) melakukan protes terhadap kebijakan ini. Catatan kecil : Mengenai Tibet dan China, menarik garis lurus ke belakang sejarah panjang antara Tibet dan China sangat dilematis. Secara history Tibet tidak mau mengakui bahwa negaranya sekarang di bawah kekuasaan China, tapi pemerintah China menganggap Tibet bagian dari Negerinya. Ach saya bukan ahli sejarah yang memahami persoalan tersebut, apa yang saya duga mungkin keliru, tapi mencoba menghubungkan antara keping keping masalah tersebut, bisa dimaklumi persoalan olahraga, wilayah dan politik adalah masalah sensitif. Saya sebagai seorang yang penyuka jalan2 alias turis rasanya tidak perlu ikut campur masaalah aksi unjuk rasa tersebut.
Kembali kemasalah aksi demo, melanjuti sikap turis Amerika tersebut ternyata membuat gusar Pemda Tibet. Akibatnya semua izin masuk Tibert (The Entry Permit) dan The Alien's Travel Permitpun di perketat. Terhitung awal Mei hingga saya menulis catatan ini kebijakan itu masih belum berubah. Mudah ditebak imbas dari akibat ini berefek kepada saya yang akan melakukan perjalanan ke Tibet. Izin masuk Tibet menjadi syuseeh. Rancangan yang sudah disusun berbulan-bulan tampaknya akan sulit direalisasikan. Bayangkan saja semua tiket pergi dan pulang sudah diatur demikian rupa mengikuti jadwal cuti kerja dan budget yang sudah ditetapkan. Tentunya saya tidak menyerah begitu, the show must go on begitu pepatah lama. Setiba di daratan China, akhirnya dengan berbagai macam pertimbangan saya putuskan menuju sebuah kota di provinci Sichuan. Disebuah kota yang menjadi pintu gerbang menuju Tibet. Ada beberapa pertimbangan yang bisa dipikirkan, dengan menuju kota dimana bisa didapat langsung izin ini saya harap akan lebih mudah untuk membuat Tibet permit ini. Sebenarnya izin masuk hanya bisa didapat di kota-kota tertentu seperti Beijing, Guangzhou, Shenzen dan Shanghai. Izin bisa juga didapat dikota kecil lainnya tetapi melalui travel agent yang ditunjuk khusus. Walau demikian tetap saja dengan adanya kasus ini membuat beberapa agen travel yang saya hubungi via email tidak memberikan jawaban pasti. Umumnya mereka memasang tarif yang lumayan besar. Dengan keberadaan saya disini, ada harapan bisa mendapatkan informasi yang akurat.
Ada untungnya juga dengan mendatangi langsung agen yang ditunjuk saya mendapat gambaran lebih banyak. Setelah bersusah payah dengan kendala bahasa (catatan : hampir bebeapa tempat yang saya datangi mulai dari money changer, bank, tempat umum lainnya, rata2 penduduknya tidak fasih berbahasa Inggris, walau tempat-tempat tersebut untuk kepentingan umum tetap saja yang berperan disini bahasa tarzan. Bagaimana akhirnya izin itu keluar ?? Ach sepertinya saya harus menunggu 3 hari ke depan.
:: bersambung ::
Labels: backpacking, biaya ke tibet, jalan-jalan ke tibet, kereta ke tibet, penginpan tibet, rute tibet, tibet