Monday, May 08, 2006

Summary : Jelajah kota-kota di Asia Tenggara



Summary : Jelajah kota-kota di Asia Tenggara

Catatan akhir dari penjelajahan kota-kota di Asia Tenggara, ini perjalanan saya yang ke 3 kalinya setelah pertama berkeliling dari Jakarta - Singapore - Johor Bahru - Kuala Lumpur - Phuket - Bangkok Januari 1995, yang ke 2 (Agustus 2005)khusus menjelajah Singapore - Kuala Lumpur dan kemarin dari tanggal 8 April hingga 19 April 2006 saya bersama teman-teman backpacker Indonesia menjelajah melewati 5 negara (Singapore - Vietnam - Cambodia - Thailand - Malaysia) menyinggahi 7 kota (Singapore - Ho Chi Minh/ Saigon - Phnom Penh - Siem Reap - Bangkok - Chiang Mai -Kuala Lumpur) beberapa perjalanan diantaranya mengunakan pesawat (Sing-Saigon, Bangkok - Chiang Mai PP, Bangkok - Kl, KL-Jakarta) mengunakan bus (Saigon P. Penh, P. Penh - Siem Reap, Siem Reap - Bangkok) total 12 hari. Semua perjalanan dilakuakn ala backpacker, murah meriah tapi menyenangkan.

Banyak pengalaman seru dan unik, serta yang paling mengesankan tentunya saat menemukan hal-hal yang menarik untuk diceritakan, perjalanan bus Saigon - Phnom Penh, mengunjungi ladang pembantaian "The Killing Fields", menunggu sunset di Angkor Wat, melihat festival Songkran di Bangkok, menunggang gajah dalam Tour The Jungle di Chiang Mai, dari semua itu yang paling berkesan adalah saat pertemuan saya dengan suku berleher panjang (Long Neck People's) di perbatasan Chiang Mai - Laos. Sungguh menakjubkan melihat keberadaan suku ini, para wanitanya semua diwajibkan mengenakan "ring" yang melingkari lehernya, suatu hal yang tentunya mengundang rasa empati yang dalam, mengingat apa yang mereka lakukan adalah keharusan adat yang harus dipatuhi. Rasa sakit akibat ring yang melingkari leher jadinya mengurangi kebebasan mereka beraktivitas sepertiya menjadi beban yang harus dijalani dengan patuh. Perasaan takjub itu berbeda jauh rasanya saat sebelumnya mengujungi ladang pembantaian " The Killing Fields" di Phnom Penh, rasa simpati dan sedih yang mendalam sangat dirasakan kala melihat tengkorak, tulang belulang di lokasi ladang pembantaian, apalagi saat mengunjungi museum Genocide dimana Polpot membantai hampir kurang labih 2 juta orang Cambodia.


Pengalaman melihat langsung ladang pembantaian dan museum genocide di Phnom penh serta bertemu dengan suku berleher panjang ini hanyalah sebagian kecil dari apa yang saya lihat, tapi yang berkesan dan puas adalah semua perjalanan dapat dijalani dengan lancar, apa yang direncakan jauh hari dalam bentuk itinerary nyaris tidak mengalami hambatan apapun, mengingat apa yang saya baca dari perjalanan orang-orang ke negeri Vietnam atau Cambodia selalu di wanti-wanti dengan "Travel Warning", kesulitan mendapat penginapan, situasi perbatasan yang kadang membahayakan para turis, dan banyak lagi peringatan2 yang ternyata semua itu berjalan aman-aman saja.

Beberapa foto hasil perjalanan saya sudah bisa di lihat di artson.multiply.com diantaranya Festival Songkran Bangkok, Grand Palace Bangkok, Ladang Pembantaian "The Killings Fields, Foto2 amazing infra red Angkor Wat dan lain-lain. Semoga perjalanan saya bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja bahwa sesungguhnya jalan-jalan ke luar negeri itu tidak perlu memerlukan biaya yang mahal jika kita bisa mempersiapkan semua rencana secara matang.