Jalan jalan ala backpacker??
Dari Kompas ada tulisan sedkit mengenai jalan jalan ala backpacker
Mau Berlibur Irit? Jadi "Backpacker" Saja
Selamat berlibur!
ANDRA NURYADI Tim MUDA
Mau Berlibur Irit? Jadi "Backpacker" Saja
Berlibur gaya backpacker memang "sakti". Selain irit berat, kita juga bisa berkesempatan mendatangi tempat-tempat ajaib yang "tak ada di peta".
Setiap pertengahan tahun, berbagai agen wisata dan perjalanan ramai-ramai memasang iklan di koran. Aneka macam paket wisata dalam dan luar kota ditawarkan dengan harga bervariasi. Memang, kalau tak ingin repot, tawaran biro perjalanan ini sangat menarik hati. Kita tak perlu mengurus visa, fiskal, pesan tiket untuk transportasi, juga tak harus bingung memilih hotel untuk penginapan. Semuanya telah disiapkan.
"Gue pernah ikutan. Waktu itu gue pengin ke Singapura. Paketnya tiga hari dua malam. Semuanya serba beres. Kita tinggal bawa pakaian dan uang buat belanja aja," ujar Maya, remaja 18 tahun yang tinggal di kawasan Serpong, Tangerang.
Waktu itu, Maya bersama temannya memang mau menikmati negeri singa yang biasanya di tengah tahun menggelar event obral besar-besaran yang biasa disebut Singapore Sale itu. Acaranya jalan-jalan melulu bersama rombongan dengan menumpang bus. Sejumlah tempat dikunjungi, seperti Pulau Sentosa, Taman Safari Singapura, juga menelusuri Orchard Road yang berdiri berbagai macam shop yang menjual barang-barang international branded.
Akan tetapi, tentu saja Maya tak bisa nyelonong sendiri, keluar dari rombongan. "Kalau mau ke Zouk, gue nyuri waktu. Malam-malam pas rombongan sudah balik ke hotel, (baru gue pergi ke sana)," ujarnya. Zouk adalah sebuah tempat hiburan malam terkenal di negeri jiran itu. Umumnya anak muda menghabiskan malam di sana.
Liburan sekolah memang identik dengan pergi ke lokasi wisata. Menikmati suasana tempat lain di luar kota sembari melepas beban ujian yang selama seminggu lalu nyaris bikin kita tak bisa ke mana-mana. Makanya, pihak agen pun berlomba-lomba menawarkan jasa pariwisata. Untuk perjalanan ke luar negeri dibandrol dengan mata uang dollar, sedangkan wisata domestik dengan rupiah.
Lantas, mau ke mana kita liburan panjang ini?
Bebas pilih tempat
Paket wisata yang pernah dinikmati Maya biasanya juga dilakukan di berbagai lokasi wisata di negeri kita. Tata caranya juga begitu. Memang, liburan model begini memudahkan. Istilahnya kita tinggal bawa badan.
Padahal, banyak cara untuk mengisi liburan dengan mengunjungi tempat-tempat wisata. Apalagi liburan kali ini cukup panjang. Mengapa tak mencoba berlibur ala orang-orang Barat. Misalnya saja menjadi backpacker. Istilah ini dulunya ditujukan untuk menyebut para pengelana yang hobi menjelajah alam terbuka seperti gunung, hutan, atau pantai. Mereka umumnya menggendong backpack atau ransel. Namun, kini julukan itu juga berlaku buat para traveller yang jalan-jalan dari satu tempat ke tempat lain, dari satu kota ke kota lain, bermodalkan ransel dengan bujet ngepas.
Perjalanan yang dilakukan berbeda dengan ala Maya tadi. Mereka tidak terikat oleh jadwal agen, tidak pula harus berombongan. Biasanya cuma tiga atau empat orang. Bawaannya juga tak banyak. Paling satu ransel dan tas gendong. Umumnya mereka menjelajahi tempat-tempat baru.
Buat para pengelana biasanya kenal ungkapan, "dalam setahun, sisakan waktumu untuk mengunjungi satu tempat yang belum pernah anda datangi".
Hm.... boleh juga tuh.
Enaknya jalan-jalan sendiri tanpa ikut paket wisata kita bisa bebas memilih tempat tanpa terikat waktu. "Kalau di Bali kadang gue bisa seharian di Kuta. Besoknya baru pindah ke pantai lain," kata Danny, cewek yang tinggal di Kebayoran Baru, Jakarta.
Bali, bagi Danny, adalah tujuan wisata yang tiada duanya. Paling tidak, dalam setahun ia dua kali mendatanginya. Dalam sekali kunjungan, bisa sampai seminggu lebih. Berbagai tempat ia datangi, seperti pantai, kadang main ke Ubud yang dihiasi persawahan dan panorama desa-desa khas Pulau Dewata.
Liburan di Bali dalam seminggu ternyata juga tak perlu mengeluarkan banyak ongkos. Setelah beberapa kali ke sana, Danny akhirnya punya cara agar bisa mengirit duit. "Gue udah tau Bali. Makanya gue kalau ke Bali, enggak perlu hotel. Nginep aja di rumah-rumah yang nyewain kamar. Terus kalau mau jalan, gue sewa motor atau mobil," cerita penggemar surfing ini.
Katanya, harga sewa sebuah kamar sehari cuma Rp 60.000. Fasilitasnya memang tak sebanding dengan kamar hotel bintang tiga. Namun, ada kamar mandi di dalam meski di dalamnya tanpa AC. "Lagian, kan, cuma buat tidur. Sehari-hari gue sih banyakan di jalan," ujarnya.
Jalan darat
Selain Bali, Yogyakarta dan Bandung sering jadi tujuan wisata. Banyak lokasi bisa didatangi di tempat tersebut. Jika sudah pernah mendatangi tempat lama, sekarang banyak sekali tempat-tempat baru. Seolah setiap tahun menyajikan pemandangan berbeda.
Bayangkan jika banyak tempat yang belum pernah kita kunjungi. Sementara jika ikut program wisata, pasti tujuannya lebih ke tempat-tempat wisata standar, yang barangkali sudah kita acak-acak sebelumnya.
Sadar masih banyak tempat di Bali dan Lombok yang belum ia injak, liburan kali ini Danny bakal menghabiskan waktu selama seminggu di sana. "Rencananya gue mau lama di Lombok," janjinya.
Soal waktunya, ia tak bisa menentukan pasti. "Soalnya, kita kan enggak tau, berapa jauh tempatnya. Terus, berapa tempat yang bisa dilihat," ujarnya.
Jurus yang ia lakukan adalah travelling semacam backpacker. Ia bilang, untuk transportnya bisa menggunakan jalan darat. Tinggal ke Pelabuhan Lembar naik feri, berlanjut ke Pelabuhan Padangbai di Lombok. "Abis itu banyak bus yang bisa kita naiki," lanjutnya.
Sebetulnya banyak agen wisata yang bisa dimanfaatkan jasanya. Namun, kata Danny, ia hanya akan dibatasi oleh aturan agen. Begitu halnya Rani, cewek yang tinggal di kawasan Pondok Labu, Jakarta. Rencananya, ia bersama tiga temannya akan ke Yogyakarta. Meski sebelumnya ia pernah ke kota Keraton itu, kali ini ia ingin melakukan perjalanan ke lokasi yang asing baginya.
"Kebetulan kita belum pernah ke daerah pantai di Yogyakarta. Saudara gue malah mau ngajakin naik Gunung Merapi," ceritanya. Buat Rani, liburan ikut program wisata kurang asyik. Katanya, kurang bebas menentukan lokasi dan terikat jadwal perjalanan.
Lagi pula, meskipun di Yogyakarta juga tersedia penginapan murah meriah seharga rata-rata Rp 75.000 sampai Rp 150.000, ia memilih tinggal di rumah saudaranya. "Biar ngirit juga sih. Kalau transportnya, paling pinjem mobil sepupu gue," katanya. Kalaupun harus keluar biaya, itu pun hanya untuk perjalanan kereta api Jakarta-Yogyakarta pergi pulang. Sisanya untuk belanja.
Oleh karena itulah, baik Danny dan Rani, perlu persiapan matang sebelum berlibur. "Soal uang sih relatiflah. Bisa aja banyak. Tapi, gue tau caranya gimana kalau mau ngirit," ujarnya. Ia memberi gambaran, biaya seperti sewa kamar hotel bisa dipangkas sampai seperempat harga. Harga konsumsi juga bisa. "Gue males makan di restoran. Banyak warung yang makanannya bersih dan harganya murah," sahut Danny.
"Kalau di Yogya sih enggak masalah, ya? Kan, ada warung-warung kecil. Atau lesehan, kan masih banyak yang murah," kata Rani. Ia menyebutkan warung seperti angkringan, yang sekali makan paling cuma bayar Rp 5.000.
Rani menjelaskan, paling tidak ia harus menyiapkan dana sebesar Rp 500.000. Sementara Danny setidaknya harus ada kocek sebesar Rp 1.000.000 sampai Rp 1.500.000. "Gue sih penginnya naik kereta atau bus. Kalau naik bus kan 24 jam dari Jakarta ke Denpasar," katanya. Harga tiketnya juga lebih murah ketimbang naik pesawat.
Persiapan lain yang tak kalah penting adalah perlengkapan. Melakukan perjalanan model begini tentu memerlukan tas ransel. Alasannya karena dengan tas ini memudahkan kita jika harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Semua barang tinggal dimasukkan dalam satu tas.
Namun, yang lebih penting adalah membuat jadwal perjalanan dan mencari informasi lokasi sekomplet mungkin. Dengan begitu, kita bisa menyusun rencana agar tak meleset. Sebab, sering kali seorang backpaker lupa waktu karena keasyikan menikmati pemandangan.
Selebihnya tentu saja musti siap fisik. Bisa kita bayangkan, perjalanan yang kita tempuh bakal penuh dengan medan yang mungkin berat dan belum pernah kita rasakan sebelumnya. Danny pernah merasakan bagaimana capeknya saat menjelajahi G-Land, sebuah tempat surfing yang konon tak kalah bagusnya dengan Hawaii.
Nah, kalau kita ingin merasakan liburan yang mengasyikkan dan bakal mendapat pengalaman, menjadi backpacker adalah salah satunya. Banyak tempat yang bisa didatangi. Tak harus Bali atau Yogyakarta, di belahan Sumatera pun sama bagusnya. Boleh juga naik motor atau mobil sendiri bareng temen se-geng. Tapi, jadi backpacker sebaiknya jangan sendirian, harus ada teman, Sebab, kalau ada apa-apa di jalan (jangan sampai, siiih), kita bisa saling tolong.
Setiap pertengahan tahun, berbagai agen wisata dan perjalanan ramai-ramai memasang iklan di koran. Aneka macam paket wisata dalam dan luar kota ditawarkan dengan harga bervariasi. Memang, kalau tak ingin repot, tawaran biro perjalanan ini sangat menarik hati. Kita tak perlu mengurus visa, fiskal, pesan tiket untuk transportasi, juga tak harus bingung memilih hotel untuk penginapan. Semuanya telah disiapkan.
"Gue pernah ikutan. Waktu itu gue pengin ke Singapura. Paketnya tiga hari dua malam. Semuanya serba beres. Kita tinggal bawa pakaian dan uang buat belanja aja," ujar Maya, remaja 18 tahun yang tinggal di kawasan Serpong, Tangerang.
Waktu itu, Maya bersama temannya memang mau menikmati negeri singa yang biasanya di tengah tahun menggelar event obral besar-besaran yang biasa disebut Singapore Sale itu. Acaranya jalan-jalan melulu bersama rombongan dengan menumpang bus. Sejumlah tempat dikunjungi, seperti Pulau Sentosa, Taman Safari Singapura, juga menelusuri Orchard Road yang berdiri berbagai macam shop yang menjual barang-barang international branded.
Akan tetapi, tentu saja Maya tak bisa nyelonong sendiri, keluar dari rombongan. "Kalau mau ke Zouk, gue nyuri waktu. Malam-malam pas rombongan sudah balik ke hotel, (baru gue pergi ke sana)," ujarnya. Zouk adalah sebuah tempat hiburan malam terkenal di negeri jiran itu. Umumnya anak muda menghabiskan malam di sana.
Liburan sekolah memang identik dengan pergi ke lokasi wisata. Menikmati suasana tempat lain di luar kota sembari melepas beban ujian yang selama seminggu lalu nyaris bikin kita tak bisa ke mana-mana. Makanya, pihak agen pun berlomba-lomba menawarkan jasa pariwisata. Untuk perjalanan ke luar negeri dibandrol dengan mata uang dollar, sedangkan wisata domestik dengan rupiah.
Lantas, mau ke mana kita liburan panjang ini?
Bebas pilih tempat
Paket wisata yang pernah dinikmati Maya biasanya juga dilakukan di berbagai lokasi wisata di negeri kita. Tata caranya juga begitu. Memang, liburan model begini memudahkan. Istilahnya kita tinggal bawa badan.
Padahal, banyak cara untuk mengisi liburan dengan mengunjungi tempat-tempat wisata. Apalagi liburan kali ini cukup panjang. Mengapa tak mencoba berlibur ala orang-orang Barat. Misalnya saja menjadi backpacker. Istilah ini dulunya ditujukan untuk menyebut para pengelana yang hobi menjelajah alam terbuka seperti gunung, hutan, atau pantai. Mereka umumnya menggendong backpack atau ransel. Namun, kini julukan itu juga berlaku buat para traveller yang jalan-jalan dari satu tempat ke tempat lain, dari satu kota ke kota lain, bermodalkan ransel dengan bujet ngepas.
Perjalanan yang dilakukan berbeda dengan ala Maya tadi. Mereka tidak terikat oleh jadwal agen, tidak pula harus berombongan. Biasanya cuma tiga atau empat orang. Bawaannya juga tak banyak. Paling satu ransel dan tas gendong. Umumnya mereka menjelajahi tempat-tempat baru.
Buat para pengelana biasanya kenal ungkapan, "dalam setahun, sisakan waktumu untuk mengunjungi satu tempat yang belum pernah anda datangi".
Hm.... boleh juga tuh.
Enaknya jalan-jalan sendiri tanpa ikut paket wisata kita bisa bebas memilih tempat tanpa terikat waktu. "Kalau di Bali kadang gue bisa seharian di Kuta. Besoknya baru pindah ke pantai lain," kata Danny, cewek yang tinggal di Kebayoran Baru, Jakarta.
Bali, bagi Danny, adalah tujuan wisata yang tiada duanya. Paling tidak, dalam setahun ia dua kali mendatanginya. Dalam sekali kunjungan, bisa sampai seminggu lebih. Berbagai tempat ia datangi, seperti pantai, kadang main ke Ubud yang dihiasi persawahan dan panorama desa-desa khas Pulau Dewata.
Liburan di Bali dalam seminggu ternyata juga tak perlu mengeluarkan banyak ongkos. Setelah beberapa kali ke sana, Danny akhirnya punya cara agar bisa mengirit duit. "Gue udah tau Bali. Makanya gue kalau ke Bali, enggak perlu hotel. Nginep aja di rumah-rumah yang nyewain kamar. Terus kalau mau jalan, gue sewa motor atau mobil," cerita penggemar surfing ini.
Katanya, harga sewa sebuah kamar sehari cuma Rp 60.000. Fasilitasnya memang tak sebanding dengan kamar hotel bintang tiga. Namun, ada kamar mandi di dalam meski di dalamnya tanpa AC. "Lagian, kan, cuma buat tidur. Sehari-hari gue sih banyakan di jalan," ujarnya.
Jalan darat
Selain Bali, Yogyakarta dan Bandung sering jadi tujuan wisata. Banyak lokasi bisa didatangi di tempat tersebut. Jika sudah pernah mendatangi tempat lama, sekarang banyak sekali tempat-tempat baru. Seolah setiap tahun menyajikan pemandangan berbeda.
Bayangkan jika banyak tempat yang belum pernah kita kunjungi. Sementara jika ikut program wisata, pasti tujuannya lebih ke tempat-tempat wisata standar, yang barangkali sudah kita acak-acak sebelumnya.
Sadar masih banyak tempat di Bali dan Lombok yang belum ia injak, liburan kali ini Danny bakal menghabiskan waktu selama seminggu di sana. "Rencananya gue mau lama di Lombok," janjinya.
Soal waktunya, ia tak bisa menentukan pasti. "Soalnya, kita kan enggak tau, berapa jauh tempatnya. Terus, berapa tempat yang bisa dilihat," ujarnya.
Jurus yang ia lakukan adalah travelling semacam backpacker. Ia bilang, untuk transportnya bisa menggunakan jalan darat. Tinggal ke Pelabuhan Lembar naik feri, berlanjut ke Pelabuhan Padangbai di Lombok. "Abis itu banyak bus yang bisa kita naiki," lanjutnya.
Sebetulnya banyak agen wisata yang bisa dimanfaatkan jasanya. Namun, kata Danny, ia hanya akan dibatasi oleh aturan agen. Begitu halnya Rani, cewek yang tinggal di kawasan Pondok Labu, Jakarta. Rencananya, ia bersama tiga temannya akan ke Yogyakarta. Meski sebelumnya ia pernah ke kota Keraton itu, kali ini ia ingin melakukan perjalanan ke lokasi yang asing baginya.
"Kebetulan kita belum pernah ke daerah pantai di Yogyakarta. Saudara gue malah mau ngajakin naik Gunung Merapi," ceritanya. Buat Rani, liburan ikut program wisata kurang asyik. Katanya, kurang bebas menentukan lokasi dan terikat jadwal perjalanan.
Lagi pula, meskipun di Yogyakarta juga tersedia penginapan murah meriah seharga rata-rata Rp 75.000 sampai Rp 150.000, ia memilih tinggal di rumah saudaranya. "Biar ngirit juga sih. Kalau transportnya, paling pinjem mobil sepupu gue," katanya. Kalaupun harus keluar biaya, itu pun hanya untuk perjalanan kereta api Jakarta-Yogyakarta pergi pulang. Sisanya untuk belanja.
Oleh karena itulah, baik Danny dan Rani, perlu persiapan matang sebelum berlibur. "Soal uang sih relatiflah. Bisa aja banyak. Tapi, gue tau caranya gimana kalau mau ngirit," ujarnya. Ia memberi gambaran, biaya seperti sewa kamar hotel bisa dipangkas sampai seperempat harga. Harga konsumsi juga bisa. "Gue males makan di restoran. Banyak warung yang makanannya bersih dan harganya murah," sahut Danny.
"Kalau di Yogya sih enggak masalah, ya? Kan, ada warung-warung kecil. Atau lesehan, kan masih banyak yang murah," kata Rani. Ia menyebutkan warung seperti angkringan, yang sekali makan paling cuma bayar Rp 5.000.
Rani menjelaskan, paling tidak ia harus menyiapkan dana sebesar Rp 500.000. Sementara Danny setidaknya harus ada kocek sebesar Rp 1.000.000 sampai Rp 1.500.000. "Gue sih penginnya naik kereta atau bus. Kalau naik bus kan 24 jam dari Jakarta ke Denpasar," katanya. Harga tiketnya juga lebih murah ketimbang naik pesawat.
Persiapan lain yang tak kalah penting adalah perlengkapan. Melakukan perjalanan model begini tentu memerlukan tas ransel. Alasannya karena dengan tas ini memudahkan kita jika harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Semua barang tinggal dimasukkan dalam satu tas.
Namun, yang lebih penting adalah membuat jadwal perjalanan dan mencari informasi lokasi sekomplet mungkin. Dengan begitu, kita bisa menyusun rencana agar tak meleset. Sebab, sering kali seorang backpaker lupa waktu karena keasyikan menikmati pemandangan.
Selebihnya tentu saja musti siap fisik. Bisa kita bayangkan, perjalanan yang kita tempuh bakal penuh dengan medan yang mungkin berat dan belum pernah kita rasakan sebelumnya. Danny pernah merasakan bagaimana capeknya saat menjelajahi G-Land, sebuah tempat surfing yang konon tak kalah bagusnya dengan Hawaii.
Nah, kalau kita ingin merasakan liburan yang mengasyikkan dan bakal mendapat pengalaman, menjadi backpacker adalah salah satunya. Banyak tempat yang bisa didatangi. Tak harus Bali atau Yogyakarta, di belahan Sumatera pun sama bagusnya. Boleh juga naik motor atau mobil sendiri bareng temen se-geng. Tapi, jadi backpacker sebaiknya jangan sendirian, harus ada teman, Sebab, kalau ada apa-apa di jalan (jangan sampai, siiih), kita bisa saling tolong.
Selamat berlibur!
ANDRA NURYADI Tim MUDA