Saturday, August 25, 2007

(Cerper 7/ Jelajah KL) Kunang-kunang dan 4 wanita bule

Suatu hari di siang yang panas, saat itu saya sedang berada di sebuah penginapan sederhana di kawasan Bukit Bintang Kualalumpur. Sesudah perjalanan panjang dari Hatyai Thailang - terminal Puduraya kini saya sudah berada di kamar dormitory. Saat itu saya sedang berleyeh-leyeh. Membaca buku panduan wisata kota Kualalumpur. Sedang enaknya enaknya saya merbahkan tubuh di ranjang yang empuk. Tiba-tiba saya mendengar sedikit kegaduhan, dari arah luar kamar sepertinya ada beberapa orang yang menaiki tangga.

Setelah mengetuk pintu, masuklah karyawan yang tadi membawa dan menunjuki kamar saya. Diikuti sekitar 3-4 orang wanita bule. Tampaknya 4 orang, masih muda-muda dengan tampang khas bule, wajah putih dengan bercak-bercak serta rambut berwarna pirang. Ramai sekali, riuh rendah mereka berbicara. Yang 1 sibuk mengobrol dengan karyawan hotel. Dibelakang, kawannya sibuk meng"gusur" tas segede-gede gaban. Diikuti juga 2 orang dengan tas ransel yang besar-besar pula. Jangan-jangan mereka bakal jadi teman "sharing room" saya. Langsung saja kepala dan mata saya berkunang-kunang. Wah puyeng neh...gawat 1 kamar dengan 4 orang cewe bule!!! ramai pulak.... Tentu saja ini diluar bayangan saya. Kunang-kunang di kepala saya benar-benar berputar semakin banyak.

Satu persatu mereka masuk. Melihat saya sudah ada dalam kamar merekapun memberi salam (say hello...). Setelah diberi petunjuk mengenai tata aturan penginapan, juga diberitahu letak toilet dan loker. Kemudian sayapun berkenalan dengan mereka. Rupanya mereka berasal dari Eropah, 3 orang dari Inggris serta 1 orang yang keliatan pendiam berasal dari Swiss. Ellen, begitu nama salah satu yang paling heboh. Dari mulai naik tangga hingga menaruh ransel, mulutnya tidak mau diam. Tidak seperti Ellen, yang tiga lainnya walau tidak heboh, ramainya seperti orang se-kelurahan.

Makin kencang kunang-kunang yang berputar-putar di kepala saya. Sudah kebayang dari siang, malam hingga esok nantinya akan menghadapi situasi seperti ini. Sementara mereka sibuk membongkar isi tas dan ranselnya masing-masing, saya membenamkan kepala dibalik bantal. Jumlah kunang-kunang di kepala saya yang berputarpun semakin banyak. Melihat saya bersikap seperti itu, rupanya Ellen merasa bersalah. Dia mengajak bicara saya. Meminta maaf kalo mereka berisik. Antusias, senang dan gembira ria karena ini pertama kali menginjak Asia. Suatu hal yang membuat mereka benar2 eporia. Saya tersenyum. Memaklumi, seandainya saya menginjakan kaki di Inggris mungkin saya juga akan melakukan hal yang sama.

Respon saya membuat Ellen semakin semangat mengajak bicara. Bahasa Inggris saya minim, jadi saya jawab dengan seadanya. Walau begitu komunikasi tetap nyambung. Dia mengeluhkan begitu panas hawa di sini. Saya jawab tentu saja karena saat ini musim panas. Sambil berkata begitu dengan santainya dia membuka baju. Walau masih pake daleman, tetap saja membuat saya melongo. Astaga, aneh bin ajaib melihat adegan itu langsung saja kunang-kunang di kepala saya hilang. Pandangan langsung siaga 1.

Sambil menganti baju dia berceloteh. Kalo cuaca begini enaknya pake bikini, tidak bikin gerah. Sambil menunjukan buku LP (Lonelyplanet edisi Malaysia) dia tanya, disitu disebutkan kenapa musim panas begini para turis harus tetap mengunakan pakaian yang sopan. Karena di negaranya, orang-orang mengunakan pakaian pendek dan baju santai. Saya jawab bukan soal musim karena mayoritas penduduk Malaysia beragama Islam. Notebene mewajibkan para penduduknya untuk mengunakan pakain yang sopan menutup aura. Banyak para wanita muslim Malaysia layaknya di Indonesia mengunakan jilbab atau kerudung. Mendengar penjelasan itu, Ellen sepertinya paham.

Diskusipun berlanjut mengenai wisata Malaysia, melebar ke wisata Indonesia. Kebudayaan, kebiasaan, makanan cauca, sosial. Seru juga, yang lainnya sesekali ikut berbicara. Jika ada yang aneh mereka menimpali sambil cekikikan. Suasana makin "hot", bukan karena kini para bule2 ini memakai bikini tapi hari makin siang dan AC di kamar pada saat itu tidak dinyalakan. Ketentuan penginapan, AC dinyalakan hanya pada waktu malam hingga pagi. Siang hari semua jendela di buka. Selain menghemat listrik, sirkulasi udara segar agar tetap berputar. Siang hari untuk mendinginkan ruang dipakai kipas angin.

Puas mengobrol, saya tanyakan sore ini mereka mau kemana. Shoping!! whuah dasar wanita, saya pikir wanita Indonesia ajah yang doyan belanja. Ternyata bule juga suka belanja hehehe. Tentu saja hobi yang satu ini sepertinya sayang untuk dilewatkan. Kebetulan penginapan tak jauh dari daerah Bukit Bintang. Surganya belanja. Cocok dengan keinginan mereka. Sementara saya katakan hari ini saya ingin mengunjungi Masjid Jamek dan juga ingin menyusuri daerah Chinatown,Petailing Street. Lagipula kunang2 di kepala saya sudah hilang. Akhirnya saya pamit keluar.


Loh cerita tidur dengan 4 wanita bule gimana kelanjutannya ?!?!?


::: bersambung lagi :::

(Cerper 6/ Jelajah KL) Dormitory Room dengan 6 tempat tidur

Setelah berjalan lumayan jauh dari terminal bus Puduraya akhirnya saya bisa juga menginjakan kaki di penginapan ini, penginapan sekelas guesthouse. Sebelumnya sekitar 2 tahun yang lalu saya pernah mengunjungi tempat ini. Tidak sengaja tentunya, saat menyelusuri hotel murah, saya menemukan situs penginapan ini. Di rekomendasikan pula oleh buku panduan Lonely Planet. Tempat yang biasa jadi penginapan untuk para backpacker/traveller. Mengingat terbatasnya kapasitas tempat tidur untuk tamu membuat jauh hari sebelumnya saya sudah pesan tempat. Bulan Juni, ini adalah waktunya liburan bagi para turis dari barat. Khawatir tempat "fullybook" saya sudah booking melalui jalur internet 3 bulan sebelumnya.

Pagi itu saya tidak bisa langsung masuk karena peraturan penginapan cek out pukul 12.00 dan untuk cek in pukul 13.00. Sekarang masih sekitar pukul 10, sambil menunggu, saya habiskan waktu dengan mengisi perut di sebuah restauran India, persis disamping penginapan. Hari menjelang siang. Matahari mulai menyengat, panas sekali.Kualalumpur pada bulan Juni memasuki musim panas. Suhu berkisar antara 32-33 C. Menjelang pukul 11 siang, matahari bersinar terik. Tentu saja membuat badan berkeringat dan membuat cepat haus. Sudah 1 gelas air suam serta 1 gelas jus melon membuat saya tetap merasa haus. Sambil menghabiskan minuman, saya lihat situasi, hotel sepertinya sudah bisa saya kunjungi. Setalah membayar minuman, tak berapa lama saya sudah berada dalam penginapan dan melakukan registrasi. Sambil menunggu pukul 12, sayapun berbaring santai di sofa ruangan tengah, karena kamar yang akan saya tempati sedang dibereskan.

Kamar yang saya pesan adalah tipe dormitory. Dormitory artinya kamar tipe "sharing room". Jadi selain saya, akan ada orang lain yang juga berada dalam 1 kamar ini. Sengaja saya pilih tipe ini, selain murah (RM 25 = Rp. 70.000,- kurs 1 RM = Rp. 2800,-) juga biasanya saya bisa berkenalan dengan para backpacker atau traveller dari seluruh dunia. Konsekwensinya, jika saya mendapat "kawan" tidur yang tidak menyenangkan, misalnya ternyata orang tersebut jorok atau tidak sopan atau apalah. Apa boleh buat saya harus menerima semua itu. Mungkin saja kita dapat kawan seperti itu. Tapi pada umumnya selama saya berkelana menjelajah kota-kota di Asia Tenggara, meninap di penginapan dengan memesan kamar tipe dormitory belum sekalipun saya menemukan hal-hal yang buruk.

Setelah kamar sudah siap. Sayapun segera menuju lantai 2 dengan di pandu karyawan penginapan. Ditunjukan loker tempat menyimpan barang berharga, kemudian toilet, pintu darurat dan kamar tidur untuk saya. Tak lupa dijelaskan beberapa aturan seperti dilarang merokok atau membawa minuman keras ke dalam kamar. Setelah itu sayapun masuk kamar dan menyimpan tas. Sambil berbaring saya buka catatan rencana aktifitas siang sampai sore ini.

Dormitory atau kamar yang saya tempati ini berisi 3 tempat tidur. Masing-masing tempat tidur bertingkat (Bunkbed), jadi dalam 1 kamar ini bisa diisi dengan 6 orang. Tidak terlalu lebar ataupun sempit. Didepannya ada balkon. Ada 2 bangku dan 1 meja keci, untuk bersantai. Ada juga tempat jemuran kecil. Dinding kamarnya berwarna warni, paduan merah marun dan kuning pucat. Lantainya dari kayu dengan lapisan parket berwarna coklat. Penataan yang menarik. Tidak ada barang mewah. Tapi cukup nyaman.

Tak berapa lama, saya mendengar sedikit kegaduhan, dari arah luar kamar sepertinya ada beberpa orang yang menaiki tangga. Setelah mengetuk pintu, masuklah karyawan yang tadi membawa dan menunjuki kamar saya. Diikuti sekitar 3-4 orang wanita bule. Tampaknya 4 orang, masih muda-muda dengan tampang khas bule, wajah putih dengan bercak-bercak serta rambut berwarna pirang. Ramai sekali, riuh rendah mereka berbicara. Yang 1 sibuk mengobrol dengan karyawan hotel. Dibelakangnya kawannya sibuk meng"gusur" tas segede-gede gaban. Diikuti dibelakangnya 2 orang dengan tas ransel yang besar-besar pula. Jangan-jangan mereka bakal jadi teman "sharing room" saya. Langsung saja mata saya berkunang-kunang. Wah puyeng neh...gawat 1 kamar dengan 4 orang cewe bule!!! ramai pulak....Bagaimana rasanya tidur malam pertama dengan 4 wanita bule??


::: tralalalala tidur dengan 4 cewe bule ...ceritanya bersambung :::

(Cerper 5/ Jelajah KL) Penginapan itu bernama Redpalm

Redpalam sebuah penginapan sekelas guesthouse. Penginapan yang menarik karena mendapat award dari Hostelworld pada tahun 2006. Hostelworldl adalah sebuah jaringan waralaba yang mengorganisasikan semua hotel-hotel dari seluruh dunia. Tentunya hotel-hotel yang terdaftar sebagai member. Di situsnya kita bisa melihat, memilih atau memesan kamar secara online yang semuanya di kendalikan oleh pengelola Hostelworld. Redpalm salah satu penginapan yang terdaftar sebagai anggota dari jaringan ini dan mendapat penghargaan untuk kategori guesthouse yang memberikan pelayanan dan kepuasan yang paling baik kepada pelanggan.

(Cerper 4/ Jelajah KL) Bukan mau bersalin di Rumah Sakit Bersalin

Pagi yang penuh derita di hari pertama tiba di Kualalumpur. Begitu saya ingin menulis judul cerper (cerita perjalanan) ini. Tapi kalo di beri judul seperti diatas pastinya saya akan menjadi bahan olok2 temen2 saya sesama tukang jalan hehehe. Ach sudah telanjur saya ceritakan saja, memang kondisinya seperti itu. Tapi dibalik penderitaan diatas, saya malah mendapatkan pengalaman yang luar biasa pada malamnya.

Ini trip yang kesekian kalinya ke Malaysia. Boleh dibilang jika pada kunjungan sebelumnya lebih banyak hanya "numpang"lewat. Namun saat ini saya putuskan untuk berlama-lama disini. Saya ambil 5 hari penuh. Sebelumnya saya sudah 4 kali datang kesini. Ini yang ke 5. Tujuan saya jelas bukan untuk berlibur. Saya hanya berjalan-jalan saja (loh apa bedanya jalan-jalan ama berlibur ;p). Banyak yang ingin saya ketahui. Dari menyelusuri bangunan tua, melihat kehidupan sosial yang beragam, memotret gedung-gedung bersejarah, wisata kuliner mencoba satu persatu makanan dan minuman khas, dan banyak lagi yang bisa saya lakukan. Tentu saja kesemuanya berkaitan dengan pekerjaan yang saya tekuni.

Pukul 02.30 saya tiba di terminal bus Puduraya, perjalanan semalaman dari Hatyai Thailand. Skenarionya tiba di terminal ini pukul 5 atau 6 pagi. Ternyata perjalanan lebih cepat kedatangannya. Kamar hotel sudah saya booking tapi baru bisa masuk atau cek in pada siang hari. Dan hotel yang saya booking jenis guesthouse yang tentu saja punya jam buka tutupnya tidak seperti hotel yang 24 jam penuh. Jadi jikapun saya pergi sekarang percuma saja, hotel tidak akan menerima saya. Sambil menunggu pagi menjelang siang. Saya mampir di sebuah restauran India. Disinilah awal penderitaan dimulai. Setelah tidak sengaja tertidur di meja restauran. Kemudian paginya pamit dan menuju hotel. Tiba-tiba saja perut saya "berontak". Faktor jam biologis dipicu karena saya minum teh tarik (teh bercampur susu) mengakibatkan saya ingin melakukan "hajat" besar.

Dengan tergopoh2 saya mencari toilet umum. Hari gini pagi masih remang-remang mana ada tempat umum yang buka. Berjalan perlahan saya mengingat2 kalo tidak salah ada wartel yang buka 24 jam. Disitu ada toiletnya. Tujuan saya kesitu. Sayang, saya kurang beruntung ternyata wartelnya masih tutup. Kembali ke restauran India tempat tadi saya pesan minuman juga rasanya tidak mungkin karena terlalu jauh. Keringat dingin mulai bercucuran, ibarat orang mau melahirkan, bukaan udah setadium 3....

Bicara soal melahirkan seingat saya ada rumah sakit bersalin (Di kalangan humor Indonesia rumah bersalin dalam bahasa melayu suka diplesetkan menjadi "rumah tempat korban lelaki"!!!). Segera saya kesana, karena letaknya tidak jauh. Tidak sampai 5 menit saya tiba disana, saya masuk lewat jalur tempat mobil keluar masuk, kebetulan tidak ada petugas sekuriti yang berjaga di gardu jadi saya tidak ditanya macam-macam. Tiba di lobi, kembali saya celingukan tidak ada seorangpun. Berharap ada suster/petugas karena saya ingin bertanya lokasi toilet. Setelah menunggu sesaat karena ruangan menuju ke dalam di tutup dan terkunci, munculah petugas sekuriti. Tanpa basa basi saya menanyakan toilet umum di mana. Dengan penuh keheranan si petugas malah balik bertanya. Rumah bersalin baru buka pukul 08.00. Loh pakcik...saya kesini bukan untuk bersalin, selain perut saya rata, saya pan laki-laki. Bow...!!!! cape deh... saya jelaskan dengan sopan saya sudah tidak tahan untuk segera ke toilet. Bukan untuk bersalin atau menengok orang bersalin.

Untunglah si petugas tidak banyak tanya ini itu lagi. Dia keheranan karena tiba-tiba saja ada orang di hadapannya sambil membawa ransel segede-gede gaban. Datang ke rumah sakit malah mencari toilet. Orang yang aneh begitu pikirnya.

Singkat cerita, saya berhasil menuntaskan "hajat" saya. Horeee (mode tiup terompet).Lega rasanya. Keluar dari lobi kembali saya tidak menemukan seorangpun. Rumah sakit yang aneh, sepi sekali. Yah jelas sepi, pagi hari subuh gini gituloh. Sayapun segera meninggalkan tempat ini. Hotel sudah tidak jauh. Sayapun segera kesana. Kondisi perutpun sedang enak-enaknya. Sepanjang jalan yang sepi saya manfaatkan untuk memotret. Hingga akhirnya saya tiba di hotel yang saya rencanakan saya inapi. Ternyata benar, pagar masih di kunci dan pintupun tertutup. Untung disamping hotel ada restauran India. Iyah restauran India!!! duh... rada trauma neh, ingat minum teh tarik yang bikin mules. Tapi saya lupakan saja, tidak ada pilihan lain untuk menumpang duduk. Pagi itu saya hanya memesan Roti Prata dan segelas air suam kosong (air tawar hangat). Tidak memesan teh tarik lagi khawatir perut "berontak". Sambil menikmati roti prata saya tidak menyangka bahwa ternyata malamnya saya mendapat pengalaman luar biasa dengan tidur bersama 4 cewe bule!!!

(Cerper 2/ Jelajah KL) Cerita 3 gelas teh Tarik + Roti Canai

Setelah "terusir" dari tidur di taman terminal Puduraya Kualalumpur dengan gontai saya berjalan sempoyangan. Mata yang meredup 5 watt nyaris menuju 1 watt sulit sekali diajak kompromi. Setelah berjalan sekitar 100 meter saya teringat Desember 2006 saya pernah mampir di salah satu rumah makan India di sekitar depan terminal. Roti Canainya enak banget dan teh tariknya berasa. Saya putuskan pergi kesana.

Tiba disana, rumah makan sepi, tentu saja ini jam 3 pagi, saya lihat hanya ada 3 orang yang sedang "kongkow". Saya pilih duduk agak ke dalam. Karena dekat jalan keluar angin malam yang dingin bakal menerpa saya. Sebenarnya Rumah Makan ini tanpa pintu, ruangannya kira-kira 2 atau 3 x 8 atau 10 meter memanjang kebelakang, ngga ada pintu tapi semacam pintu garasi yang lebar.

Langsung saja saya pesan teh tarik panas dan tentu saja menu favorit saya, roti canai. Saya simpan ransel, kemudian ambil posisi duduk yang enak, perlahan terdengar musik India. hehehe aca aca aca.. saya mulai mendendang. Lutu juga pagi2 gini dengerin musik India. Hidanganpun segera datang. Saya coba sruput teh tariknya..hmm nikmat sekali. Roti Canai pun mulai saya lahap. Saya perhatikan jam, pukul 03.12. Wah masil lama menuju pagi hari. Perlahan saya hirup teh tarik, walau minum perlahan tak sampai 15 mernit sudah habis. Bow pagi masih lama!!! yah udah pesan lagi. Saya pesan lagi teh tarik dan berikutnya saya sruput pelan2. Tak sampai 20 menit sudah habis lagi. Waktu masih menunjukan pukul 04.10. Halaa masih lama. Sayapun pesan teh tarik lagi. Ini yang ketiga. Matapun perlahan semakin redup. Wadauuu mengantukpun semakin menjadi-jadi.
Mengisi waktu saya coba buka beberapa catatan yang saya buat. Bosan melihat catatan, saya lihat foto2 dari kamera hasil memotret di Pulau Phi-phi. Akhirnya Untuk meringankan beban mata, saya coba tidur-tidur ayam. Dan blug!!!! tanpa sadar saya tertidur...!!! kemudian apa yang terjadi!!!! bubu dulu yah..


:: bersambung ::

Labels: ,

(Cerper 1/ Jelajah KL) Pagi hari mau jumpa dengan Siti Nurhaliza

Pukul 02.30, lagi enak-enaknya bubu, saat itu saya sedang dalam perjalanan bus dari Hatyai (Thailand) ke Kualalumpur- Malaysia. Jadwal sesungguhnya tiba di KL adalah sekitar pukul 04.00 pagi. Ntah kenapa bus tiba lebih cepat. Tentu saja mata tidak bisa di ajak kompromi. Siapapun tahu jam segitu adalah saat enak-enaknya orang tidur. Barusan lelap sekali tidur hingga tak sadar saya terbangun karena teriakan orang-orang di luar yang menyatakan bus sudah tiba. Antara sadar dan tidak saya lihat jam di handphone. Astaga..sudah pukul 02.30, tepat benar angkanya. Saya lihat beberapa penumpangpun kaget. Serentak terbangun. Satu persatu bangkit dan turun. Awalnya saya agak malas bangun karena mata berat sekali dibukakan. Tapi baru sadar, kalo ngga turun bisa-bisa saya dibawa ke pool yang ntah dimana.

Terminal bus Puduraya di Kualalumpur, pagi itu ternyata ramai. Supir taksi dengan gembira ria menawarkan jasanya. Saya tolak saja, karena saya berniat jalan kaki. Hotel yang akan saya inapi jaraknya dekat. Saya ambil ransel, kemudian memeriksa barang2 khawatir ada yang tertinggal. Setelah semua beres di cek sayapun segera berjalan. Saat kaki melangkah, baru sadar sekarang jam 02.30 lebih, emang hotel mau bukain pintu?? Tentu saja ini bukan hotel yang buka 24 jam. Penginapan jenis guesthouse yang tentu saja punya jam buka tutup. Lagipula saya booking untuk masuk pada pukul 12 siang, itu artinya saya tidak bisa pergi kesana.

Agak bingung juga menentukan arah. Mana mata mulai riup redup. Mengantuk sekali. Jalanpun sempoyangan (yah iyalah bawa ransel segede-gede gaban). Dipinggiran jalan dekat taman saya lihat ada beberapa bangku. Bukan bangku seh batu yang di semen atau apalah. Yang pasti tempat untuk duduk orang yang ada di taman ini. Saya arahkan kaki ke situ. Meletakan ransel mengatur badan mencari posisi duduk yang enak. Saya perhatikan ada beberapa orang yang tertidur. Ah ide bagus juga untuk tidur seperti mereka. Tapi mikir kalo tidur, ntar tas ada yang "embat". Gawat juga. Sementara mata sudah 5 menuju 1 watt.

Akhirnya daripada males mikir mau tujuan kemana, dan situasi keliatan aman-aman saja. Saya putuskan untuk tidur di taman saja. Biar ngga diambil orang tas ransel besar saya jadikan alas tidur, anggap saja bantal. Baru saja mata mulai menutup. Tiba2 saya dibangunkan seorang berbadan besar. Wah mau apa pula neh orang??.. dia tanya (dalam bahasa Melayu tentunya) menyuruh saya untuk tidak tidur disini, tidak aman katanya. Mending cari hotel. Sayapun diajak ngobrol, di tanya ini itu mulai asal dari mana hingga tujuan kemana. Duh hare gene males jawab, saya bilang dari Garut (dia tahu ngga yah Garut di mana??hehehe). Saya ke Kuala Lumpur mau jumpa Siti Nurhaliza, saya bilang saya penggemar beratnya. Dan saya sudah janjian mau ketemu dia, pokonya ngobrol ala jaka Sembung bawa golok deh (alias ngga nyambung makan pake es balok). Saya utarakan kalau saya sudah booking kamar dan baru bisa "cek in" siang nanti. Jadi saya putuskan menunggu disini. Sepertinya dia sudah tahu, saya penumpang yang tadi turun dan kemaleman. Dia tawarkan kamar hotel. Saya tanya berapa?? Dia jawab 60 Rm pake kipas 72 RM pake AC. Dalam hati uhmm mahal!!! saya dapat kamar cuman 30 RM pake AC pulak dapat breakfast, saya tolak dengan halus.

Tak mau kehilangan calon pelanggan dia promosikan tambahan. Dia bisa carikan "kawan" buat tidur. Kawan buat tidur?? Berlagak bego saya bilang nanti di hotel yang saya booking saya bakal dapat kawan sebanyak 3 orang (saya booking kamar dormitory isi 4 bed, jadi saya tidak bohong kalao saya dapat 3 "kawan" lagi nantinya ...heheheh). Dijawab balik begitu si pria ini bengong. Hahaha.. tertawa renyah dia pikir saya becanda. Saya bilang saya serius, yah benar saya serius (muka serius / padahal muka ngantuk). Saya kepak ransel saya, sambil bilang es-kyus-me. Saya pun ngeloyor pergi. Beu..buset dah orang yang aneh... mungkin dia berpikir saya juga orang yang aneh juga ditawarin 1 kawan baru buat teman tidur, eh dijawab udah punya 3.

Jam 03.00 wah enaknya terus kemana yah??

:: bersambung ::

Thursday, August 02, 2007

Catatan awal backpacking Jelajah China -Tibet (bag 2)


:::

Senin 4 Juni 2007

Melanjuti catatan saya mengenai rencana membuat surat izin masuk Tibet yang ternyata sulit di dapat. Sambil menunggu info terbaru, akhirnya saya putuskan untuk menjelajah tempat-tempat sekitar sini yang menarik. Di provinci Sichuan ini ada 2 tempat yang "wajib" untuk di kunjungi. Yang pertama Penangkaran Hewan Panda dan yang ke dua adalah The Leshan Giant Buddha. Pilihan jatuh untuk melihat penangkaran Panda. Tentu saja, pemilihan untuk melihat hewan yang lutu ini sangat sayang untuk di lewatkan.

Setelah mencari tahu, ternyata lokasi penangkaran ini kurang lebih 1.5 jam dari hotel. Tak lupa saya sudah di wanti-wanti Laura, receptionis hotel yang saya inapi, kalau ingin melihat Panda sebaiknya pagi hari antara pukul 09.00-11.00 karena pada saat itu Panda-Panda tersebut diberi makan. Jika lewat jam itu, si lutu Panda biasanya langsung bobo. Begitulah pola hidup Panda di penangkaran ini. Pagi makan terus tidur, sore hari makan terus tidur lagi. Olalaa jadi inget temen masa kuliah saya si Pindi saya hobinya tidur makan dan tidur. Bicara soal Panda dan habitatnya, tempat yang saya kunjungi ini merupakan "imitasi" dari habitat aslinya. Karena Panda-Panda ini aslinya hidup di pegunungan antara batas Sichuan , Shaanxi dan Propinsi Gansu. Di tempat yang mencakup seluas kira-kira 92 hektar (nahloh seluas apa yah..) ini Panda di hidup dalam beberapa penangkaran. Luasnya area memungkinan beberapa tempat dibagi-bagi. Penangkaran untuk Panda dewasa, penangkaran untuk Panda yang masih kanak-kanak. Sebuah gedung dengan ruang ruang berisi inkubator, gudang tempat menyimpan makanan Panda, berupa gundukan batang2 bambu (makanan khas Panda). Juga ada ruang research & development. Dipenghujung area setelah kurang lebih 2 jam saya memutari ada sebuah tempat berupa bisokop mini yang memutar film seputar Panda. Saya lihat sejenak hmm tak jauh beda dengan acara yang saya tonton di discovery channel, acara pemutaran film ini saya lewatkan saja.

Hari ke dua, situasi mulai terbaca, akhirnya info mengenai Permit Tibet ini sudah mulai
terkuak. Lewat penyelusuran beberapa agen travel, Akhirnya ada 1 agen yang bisa memberi kepastian izin masuk dengan biaya yang rasional menurut kantung saya. Tentu saja saya harus membanding-bandingkan, karena bagaimanapun juga perjalanan ini harus sebisa mungkin mengeluarkan biaya yang seminim-minimnya. Sebagai catatan tambahan menutut info dari pihak agen. Semenjak kejadian demo yang mengakibatkan semua aturan berubah, sehingga semua apiklasi masuk harus melalui agen yang ditunjuk. Alasannya dengan melalui pihak yang ditunjuk ini akan memudahkan Pemda Tibet untuk memantau semua aktifitas pendatang.
Hari ke tiga, kabar gembira itupun datang. Permit Izin masuk Tibet rupanya sudah bisa didapat. Whuaah senang rasanya, perasaan senang akhirnya bisa terlampiaskan. Walaupun ternyata ada tapinya. Tibet permit bisa keluar dengan catatan paket aplilkasi harus di satukan dengan transportasi. Akibatnya biaya yang harus dikeluarkan menjadi lebih. Yah sudahlah setelah membandingkan waktu yang akan terbuang juga rencana waktu telah meleset 2 hari dari itinerary akhirnya saya setuju dengan harga yang ditawarkan. Setelah melakuka aplikasi dan menyerahkan semua persyaratan, diinformasikan bahwa surat bisa diambil pada malam hari. Horeee senangnya.....(mode tiup terompet dan jingkrak2)

Sekian bagian pertama catatan awal jurnal perjalanan menjelajah Tibet
Note : Tambahan, saat menulis jurnal ini saya sudah berada di kota Lhasa, salah satu kota terbesar dari Wilayah Tibet, dimana ada Potala Palace tempat paling penting di Tibet.




::

Labels: , , , ,

Catatan awal backpacking Jelajah China -Tibet

Catatan awal backpacking Jelajah China -Tibet


::: Minggu, 3 Juni 2007 35 jam menuju Tibet, sengaja saya hitung mundur, memudahkan saya membuat catatan ini. Ini masih catatan ringan, catatan awal perjalanan saya menjelajah negeri China dengan tujuan utama mengunjungi Tibet. Trip kali ini tidak semulus ketika saya menjelajah kota2 di Asia Tenggara. Perjalanan keliling Asteng yang saya rancang dengan biaya semurah mungkin hanya menghabiskan biaya tidak lebih dari 3,5 jutaan. Trip jelajah kali ini saya upayakan mengeluarkan biaya tidak lebih dari 8 jutaan. Tentu harga ini akan susah saya urai sehingga angka 8 jutaan begitu saja muncul. Tapi yang pasti saya rancang hingga menemukan biaya yang seminim-minimnya. Kenyataan sekarang rasanya biaya segitu mungkin akan lebih lagi. Mengingat saat ini saya terhalang suatu kendala. Pergi ke Tibet tidak semudah jika saya pergi ke Tebet Pancoran Jakarta. Halaa tentu saja saya tidak bisa membandingkan pergi ke Tebet dan Tibet. Ke Tebet dari berbagai jurusan tinggal mencari metromini, miklrolet atau pake taksi, ke Tibet?? puff tidak semudah itu. Selain memerlukan visa ke China, ke Tibet pun ternyata memerlukan izin khusus yang aplikasinya saja ternyata tidak semudah seperti yang saya bayangkan. Tidak sulit seberarnya tapi banyak sekali aturan yang mengikat, seperti Izin masuk bagi pemohon harus dijadikan satu paket dengan tiket pesawat / kereta dan penginapan serta selama di kota-kota Tibet turis harus didampingi tur guide. Semua harus di ajukan ke agen yang ditunjuk, sehingga jika kita ingin memohon permitnya saja tanpa di gabung dengan tiket pesawat serta penginapan maka permohonan itu akan ditolak. Sementara saya ingin mengatur sendiri baik jadwal pergi, akomodasi serta penginapan. Akibatnya karena ditunjuk agen, praktis harganyapun menjadi berlebih.

Biaya mungkin akan saya maklumi karena itu sudah ketentuan dari pemerintah setempat. Tapi persoalan mendapatkan permit sekarang ini sedang bermasalah. Gara-garanya aksi sebagian turis asal Amerika ynag melakukan unjuk rasa. Pemicu aksi ini sebenarnya sederhana. Berkaitan dengan rencana Negara China yang ditunjuk sebagai penyelenggara Olimpiade tahun 2008. Singkat cerita, api olimpiade yang akan di bawa ke Beijing melewati beberapa tempat / kota penting atau suci di Tibet. Ntah bagaimana Pemda (Pemerintah daerah setempat) rupanya tidak memberi izin perjalanan api abadi yang dibawa duta-duta olahgraga ini melalui tanah suci Tibet. Hal ini yang memicu beberapa orang Amerika (baca:Turis) melakukan protes terhadap kebijakan ini.
Catatan kecil : Mengenai Tibet dan China, menarik garis lurus ke belakang sejarah panjang antara Tibet dan China sangat dilematis. Secara history Tibet tidak mau mengakui bahwa negaranya sekarang di bawah kekuasaan China, tapi pemerintah China menganggap Tibet bagian dari Negerinya. Ach saya bukan ahli sejarah yang memahami persoalan tersebut, apa yang saya duga mungkin keliru, tapi mencoba menghubungkan antara keping keping masalah tersebut, bisa dimaklumi persoalan olahraga, wilayah dan politik adalah masalah sensitif. Saya sebagai seorang yang penyuka jalan2 alias turis rasanya tidak perlu ikut campur masaalah aksi unjuk rasa tersebut.

Kembali kemasalah aksi demo, melanjuti sikap turis Amerika tersebut ternyata membuat gusar Pemda Tibet. Akibatnya semua izin masuk Tibert (The Entry Permit) dan The Alien's Travel Permitpun di perketat. Terhitung awal Mei hingga saya menulis catatan ini kebijakan itu masih belum berubah. Mudah ditebak imbas dari akibat ini berefek kepada saya yang akan melakukan perjalanan ke Tibet. Izin masuk Tibet menjadi syuseeh. Rancangan yang sudah disusun berbulan-bulan tampaknya akan sulit direalisasikan. Bayangkan saja semua tiket pergi dan pulang sudah diatur demikian rupa mengikuti jadwal cuti kerja dan budget yang sudah ditetapkan. Tentunya saya tidak menyerah begitu, the show must go on begitu pepatah lama.
Setiba di daratan China, akhirnya dengan berbagai macam pertimbangan saya putuskan menuju sebuah kota di provinci Sichuan. Disebuah kota yang menjadi pintu gerbang menuju Tibet. Ada beberapa pertimbangan yang bisa dipikirkan, dengan menuju kota dimana bisa didapat langsung izin ini saya harap akan lebih mudah untuk membuat Tibet permit ini. Sebenarnya izin masuk hanya bisa didapat di kota-kota tertentu seperti Beijing, Guangzhou, Shenzen dan Shanghai. Izin bisa juga didapat dikota kecil lainnya tetapi melalui travel agent yang ditunjuk khusus. Walau demikian tetap saja dengan adanya kasus ini membuat beberapa agen travel yang saya hubungi via email tidak memberikan jawaban pasti. Umumnya mereka memasang tarif yang lumayan besar. Dengan keberadaan saya disini, ada harapan bisa mendapatkan informasi yang akurat.

Ada untungnya juga dengan mendatangi langsung agen yang ditunjuk saya mendapat gambaran lebih banyak. Setelah bersusah payah dengan kendala bahasa (catatan : hampir bebeapa tempat yang saya datangi mulai dari money changer, bank, tempat umum lainnya, rata2 penduduknya tidak fasih berbahasa Inggris, walau tempat-tempat tersebut untuk kepentingan umum tetap saja yang berperan disini bahasa tarzan.
Bagaimana akhirnya izin itu keluar ?? Ach sepertinya saya harus menunggu 3 hari ke depan.

:: bersambung ::

Labels: , , , , , ,